Lahan Basah Di Pegunungan Meratus Sama Solusi MIDTEST Siklus Hidrologi

Sabtu, 30 Mei 2009 ·

Distribusi lahan basah sangat bergantung dari variasi iklim dunia. Menurut Koppen, iklim bumi dibagi menjadi 5 kelompok (berdasarkan suhu dan presipitasi), yaitu:

A. Iklim tropis lembab, tidak ada musim dingin (Humid tropical, winterless).
B. Iklim kering: evavotranspirasi melebihi presipitasi (Dry: evavotranspiration
exceeds precipitation).
C. Lembab di bagian lintang tengah, sedikit musim dingin (Humid mid-latitude, mild
winters).
D. Lembab di bagian lintang tengah, sangat dipengaruhi musim dingin (Humid midlatitude, revere winters).
E. Kutub, tidak pernah mendapat musim panas (Polar, summerless).


A. Geografi

Provinsi Kalimantan Selatan secara geografis, terletak di antara 114 19' 13'' - 11633' 28'' Bujur Timur dan 1 21' 49'' – 4 10' 14''Lintang Selatan. Secara administratif, Provinsi Kalimantan Selatan terletak dibagian selatan Pulau Kalimantan dengan batas-batas : sebelah barat dengan Provinsi Kalimantan Tengah, sebelah timur dengan Selat Makasar, sebelah selatan dengan Laut Jawa dan sebelah utara dengan Provinsi Kalimantan Timur. Berdasarkan letak tersebut, luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan hanya 6,98 persen dari luas Pulau Kalimantan secara keseluruhan.

Secara administratif wilayah Provinsi Kalimantan Selatan dengan kota Banjarmasin sebagai ibu kotanya, meliputi 11 kabupaten dan 2 kota. Kabupaten terbaru adalah Kabupaten Tanah Bumbu (pecahan Kabupaten Kotabaru) dan Kabupaten Balangan (pecahan Kabupaten Hulu Sungai Utara). Persentase luas tertinggi adalah Kabupaten Kotabaru (25,11%), Kabupaten Tanah Bumbu (13,50%) dan terendah adalah Kota Banjarmasin (0,19%) dan Kota Banjarbaru (0,98%).

Bentuk geologi wilayah Kalimantan Selatan sebagian besar berupa Aluvium Mudadan Formasi Berai. Kemiringan tanah dengan 4 kelas klasifikasi menunjukkan bahwa sebesar 43,31persen wilayah Provinsi Kalimantan Selatan mempunyai kemiringan tanah 0-2%.

Rincian luas menurut kemiringan adalah sebagai berikut :• 0-2% : 1 625 384 Ha (43,31%)• >2-15% : 1 182 346 Ha (31,50%)• >15-40% : 714 127 Ha (19,02%)• >40% : 231 195 Ha (6,16%) Adapun luas wilayah Kalimantan Selatan menurut kelas ketinggian yang dibagi menjadi 6 kelas ketinggian menunjukkan wilayah Kalimantan Selatan sebagian besar berada pada kelas ketinggian >25 -100 m diatas permukaan laut yakni 31,09 persen. Rincian ketinggian tertera pada Tabel 1.1. 5.Tanah di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan sebagian besar berupa hutan ( 43 persen) seperti tertera dalam Tabel 1.1.6. Wilayah Kalimantan Selatan juga banyak dialiri sungai. Sungai tersebut antara lain Sungai Barito, Sungai Riam Kanan, Sungai Riam Kiwa, Sungai Balangan, Sungai Batang Alai, Sungai Amandit, Sungai Tapin, Sungai Kintap, Sungai Batulicin, Sungai Sampanahan dan sebagainya. Umumnya sungai-sungai tersebut berpangkal pada pegunungan Meratus dan bermuara di Laut Jawa dan Selat Makasar.


B. Iklim

Temperatur udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan geografi dan perputaran/pertemuan arus udara.

Antara curah hujan dan keadaan angin biasanya ada hubungan erat satu sama lain. Walaupun demikian di beberapa tempat, hubungan tersebut agaknya tidak selalu ada. Keadaan angin pada musim hujan biasanya lebih kencang dan angin bertiup dari barat dan barat laut. Oleh karena itu musim tersebut dikenal juga dengan musim barat. Pada musim kemarau angin bertiup dari benua Australia, keadaan angin saat itu bisa juga kencang. Keadaan angin di Kalimantan Selatan pada tahun ini yang dipantau dari Stasiun Meteorologi Syamsuddin Noor menunjukkan kecepatan angin pada tahun ini rata-rata 2,9 knot. Untuk penyinaran matahari dipantau pada jam 06.00-18.00 terlihat intensitas yang beragam tiap bulannya.

Wilayah provinsi kalimantan selatan yang luasnya kurang lebih 3.753.051 ha, keberadaannya dibelah oleh pegunungan Meratus yang membujur arah utara-selatan, sehingga terdapat dua wilayah Daerah Aliran Sungai ( DAS ) yaitu wilayah DAS bagian barat dan bagian timur. Daerah hulu dicirikan sebagai daerah konservasi yang berfungsi sebagai perlindungan terhadap tata air dan flasma nuftah, daerah dengan kemiringan yang besar dan bukan daerah rawan banjir.

Daerah hilir adalah daerah dengan kemiringan relatif kecil merupakan daerah penampung air terutama daerah rawa dan daerah rawan banjir. Seperti saja Nagara yang merupakan daerah dimana disana berfungsi sebagai filter air yang tertampung di rawa bangkau. Tak heran jika disana masyarakatnya kebanyakan melakukan aktifitasnya di rawa.




Daerah sungai bagian tengah merupakan daerah transisi dari daerah hulu dan hilir.Di daerah ini misalnya saja di Loksado, terdapat aliran sungai sepanjang hutan lebat memukau yang mana sangat cocok untuk tempat beristirahat bersama keluarga.

Secara garis besar lahan basah daerah ini adalah kategori subur, yang mana kawasan ini masih sebagian besar dari hutan, lahan pertanian dan perkebunan. Aliran sungai yang mengalir deras dari muara sungai sumber dengan banyak aliran cabang (anak sungai). Aliran sungai yang jernih dan bening dengan bebatuan besar memperlihatkan bahwa proses filtrasi yang terjadi melalui akar-akar tanaman dan batuan dasar sungai yang nampak merata sepanjang aliran sungai.

Daerah hulu dan daerah hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui siklus hidrologi. Sejak bulan Desember 2008 sampai akhir bulan februari 2009 curah hujan di kalimantan selatan relatif tinggi.

Di Kawasan Pegunungan Meratus hasil hutan cukup melimpah, mulai dari buah-buahan, bahan baku kerajinan, tumbuhan obat dan rempah-rempahan, tumbuhan berbunga, getah pohon, bahan baku bangunan subtitusi kayu, hingga madu.
hasil hutan yang paling banyak di usahakan di Pegunungan Meratus adalah perkebunan karet rakyat, terutama di lereng sebelah barat dan utaranya. Kawasan Kabupaten Balangan adalah daerah yang menempatkan karet sebagai produk unggulannya. Tanaman perkebunan ini selain penahan erosi lahan basah juga sebagai media penyimpan air yang besar peranannya pada lahan pertanian, sehingga kestabilan lahan tersebut dapat dikatakan subur. Sentra ini juga terdapat di Kecamatan Loksado.

Pada inventarisasi potensi endapan Gambut di Indonesia, khususnya di Kalimantan Selatan, dilakukan penyelidikan pendahuluan endapan gambut di daerah Batumandi dan Kabupaten Balangan, yang dilakukan oleh Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral Sub Direktorat Eksplorasi Batubara. Pelaksanaan pekerjaan lapangan meliputi pemetaan dan pemboran tangan yang berlangsung dari akhir Mei sampai awal Juli 2005. Secara geografis daerah penyelidikan terletak antara koordinat 2015’ sampai 2030’ LS dan 115015’ sampai 115030’BT dan termasuk dalam lembar peta topografi Amuntai.

Secara strtigrafi dari endapan aluvium dan gambut terletak diatas Formasi Dahor. Di daerah penyelidikan endapan gambut dapat dikualifikasikan sebagai "ombrogenus peat" yang terletak pada basin peat dan diklasifikasikan sebagai " Low Land peat" ( gambut dataran rendah, ketinggian 10 m diatas muka air laut ), dengan derajat pembusukan H6-H9 (hemik-saprik) dan berumur 4000-5000 tahun yang lalu.
Daerah Batumandi mempunyai potensi endapan gambut, pada kualitas dan kuantitas baik dan merupakan salah satu potensi gambut yang ada di Kalimantan Selatan.
Sumberdaya gambut yang tebalnya > 1 m adalah 45,809 juta ton gambut kering dengan bulk density rata-rata 94,38 kg/m3 dengan kandungan air + 5 %).

Pemanfaatan gambut diharapkan dapat digunakan sebagai cadangan energi alternatif, yaitu sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap dan briket gambut.

Sungai Balangan berada di kawasan hutan Pegunungan Meratus di Provinsi Kalimantan Selatan. Sebagai wilayah hulu sejumlah sungai lain di Kalsel-Amandi, Barabai, Batang Alai, dan Sampanahan. Kawasan tersebut merupakan penjaga sistem hidrologi, terutama untuk menjamin kelangsungan pasokan air daerah aliran sungai.

Selain itu, Potensi daerah ini hampir 70 persen didominasi pertambangan nonmigas. Yang paling primadona adalah batu bara, sementara lainnya adalah bijih besi, minyak, marmer, bahan galian golongan C, dan batu gamping. Khusus batu bara, dari tiga perusahaan yang beroperasi, hanya satu yang mengeksploitasi penuh, yaitu PT Adaro Indonesia. Kegiatan perusahaan ini di tepi timur sub-cekungan Barito dekat Pegunungan Meratus.

Kaya batu bara tak berarti tanah tidak subur. Dengan nilai kontribusi pertanian 21 persen, perkebunan bisa diandalkan Balangan. Dari total luas lahan pertanian potensial (38.577 hektar), baru 70 persen yang berfungsi. Meski sebagian besar tanah merupakan lahan kering, karet dan kelapa sawit merupakan komoditas penting.
Karet umpamanya. Sejak 1960-an HST dan HSU dikenal sebagai sentra karet di Provinsi Kalsel. Ketika karet lebih diintensifkan pada tahun 1998, kini Balangan memiliki lahan potensial sekitar 25.000 hektar. Dari luas itu, 6.000 hektar siap panen tahun 2005 dengan rata-rata produksi satu ton per hektar. Tahun 2003, dari total produksi 8.548 ton, Juai, Paringin, dan Halong merupakan penghasil utama tanaman bergetah ini. Begitu pula sawit dengan Lahan yang tersedia sekitar 3.000 hektar, ditambah 9.000 hektar, juga sejumlah lahan perkebunan inti rakyat eks PT Perkebunan 13 yang juga lahan bekas karet tua. Tahun 2003, Juai tercatat sebagai penghasil utama dengan produksi 15.765 ton tandan buah segar dari luas tanam 2.109 hektar.

Potensi lain yang tidak kalah melimpah adalah bambu. Bambu di kawasan Pegunungan Meratus biasanya terdapat di bekas-bekas ladang dan kadang bersama mengisi relung yang ada dengan tanaman perkebunan lainnya seperti kayumanis dan karet. Hal ini berhubungan erat dengan kearifan tradisonal masyarakat adat di kawasan ini. Berbagai macam bambu dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai macam kepentingan juga, dari pemanfaatan untuk kerajinan, peralatan dapur bahkan untuk kelengkapan upacara ritual aruh adat. Dengan pemanfaatan seperti ini bambu adalah komponen penting dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Dayak, karena hampir setiap aktivitas kehidupan masyarakat Dayak menggunakan unsur bambu untuk mendukung kehidupannya. Di Loksado minimal terdapat 17 jenis bambu dengan luasan area yang sangat besar (R. Udur, 2002).

Empat kampung sebagai basis utama penghasilan masyarakatnya yang merupakan kawasan Pegunungan Meratus, Yaitu: Kampung Malaris (Loksado/HSS) penghasil kemiri, kayu manis, walatung/ manau, rotan, karet, damar, bambu, obat-obatan dan buah-buahan. Kampung Kiyo (Batang Alai Timur/HST) penghasil kayu manis, kemiri, damar, bamban, karet, obat-obatan dan rotan. Kampung Tampaan (Halong/Balangan) penghasil karet, kemiri, bambu, pisang dan madu. Dan Rantau sebagai penghasil madu dan buah-buahan (Sumber: Menggali Kearifan di Kaki Meratus, 2002 dan Bank Data YCHI).



Ekologi Lahan Basah MIDTEST:

1. Gambarkan siklus hidrologi yang ada di banjarbaru ?
Wilayah provinsi kalimantan selatan yang luasnya kurang lebih 3.753.051 ha, keberadaannya dibelah oleh pegunungan Meratus yang membujur arah utara-selatan, sehingga terdapat dua wilayah Daerah Aliran Sungai ( DAS ) yaitu wilayah DAS bagian barat dan bagian timur. Daerah hulu dicirikan sebagai berikut: merupakan daerah konservasi yang berfungsi sebagai perlindungan terhadap tata air dan flasma nuftah, daerah dengan kemiringan yang besar dan bukan daerah rawan banjir. Daerah hilir adalah daerah dengan kemiringan relatif kecil merupakan daerah penampung air terutama daerah rawa dan daerah rawan banjir. Daerah sungai bagian tengah merupakan daerah transisi dari daerah hulu dan hilir. Daerah hulu dan daerah hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui siklus hidrologi. Sejak bulan Desember 2008 sampai akhir bulan februari 2009 curah hujan di kalimantan selatan relatif tinggi.


2. Jelaskan bagaimana proses salinitas yang terjadi di Banjarbaru ?
Dalam pengukuran salinitas dapat di lakukan dengan meneteskan air muara ke dalam alat ukur refraktomoter kemudian lihat dalam skala berapa nilai yang tertera. Pada musim kemarau salinitas di banjarbaru lebih tinggi di bandingkan pada musim penghujan. Tetapi masih dalam keadaan standar untuk daerah daratan. Pada musim penghujan air tawar yang ada di sungai banjarbaru mengalir menuju laut dalam jumlah yang sangat besar sehingga salinitas air di muara menurun, tetapi pada musim kemarau saat aliran air mulai berkurang, air laut dapat lebih jauh masuk ke daratan sehingga salinitas di muara menurun. Salinitas air sangat dipengaruhi oleh pasang surut dan musim. Air asin memiliki massa jenis lebih besar di bandingkan dengan air tawar, sehingga air asin di muara mendorong air tawar yang berada di la[pisan bawah menuju laut.

3. Bagaimana bentuk reaksi dari salinitas ?
Bentuk reaksi dari salinitas adalah jumlah berat semua garam – garam yang terlarut dalam satu liter air. Garam-garam tersebut terdiri dari natrium klorida ( NaCl ) atau garam dapur, MgCl2 kalium dan kalsium. Sehingga ada tanah yang struktur Na+ yang dominan dan ada struktur tanah Ca+ yang dominan.

4. Perkirakan akuifer yang ada di Banjarbaru ?
Akuifer yang ada di Banjarbaru adalah akuifer di daerah Banjarbaru akuifernya : akuifer pori dan rekahan ini sesuai dengan letaknya.Banjarbaru terletak di dataran rendah.
5. Desain pembangkit listrik tenaga pasang surut !
Di bawah ini adalah desain pembangkit listrik tenaga pasang surut :




Bermacam – macam jenis turbin lepas pantai yang digerakkan oleh arus pasang surut. Pada rangkaian alat tersebut akan maksimal jika semua aspeknya diparhatikan.


Dari Penulis :

Terimakasih Bapak Totok Wianto, M.Si.,selaku dosen pengajar mata kuliah ekologi lahan basah ini yang sedikit banyak memberikan kami inspirasi dan pengetahuan baru.

Semoga Bermanfaat.

6 komentar:

Septy4n mengatakan...
29 Desember 2009 pukul 01.15  

nice info... pengen lagi ke loksado jalan jalan yach...

Meta Tuyanah... mengatakan...
29 Desember 2009 pukul 04.29  

http://metawy-fisika08.blogspot.com/

Putra mengatakan...
29 Desember 2009 pukul 22.54  

keren bos....
haahhahaha

Putra mengatakan...
29 Desember 2009 pukul 22.55  

ke blog aq juga :D

hasan zainuddin mengatakan...
29 Desember 2009 pukul 22.56  

Sip Sip...
lahan basah sekarang sudah banyak yang memperkenalkan di dunia maya

i sopport u

Pariadi mengatakan...
29 Desember 2009 pukul 22.58  

makasih saran dan komentarnya semua...





View blog authority